Struktur Rumah 2 Lantai Zaman Now: Cepat, Hemat, Aman!

Macam-macam struktur lantai 2

EDUKASI

febitafajar

4/25/20257 min read

Struktur Rumah 2 Lantai Zaman Now: Cepat, Hemat, Aman!

Membangun rumah dua lantai bukan cuma soal tampilan atau estetika. Yang nggak kalah penting adalah struktur bangunannya. Kalau struktur utamanya—kayak kolom, balok, dan plat lantai—nggak dirancang dengan baik, bisa-bisa rumah jadi nggak aman, bahkan berisiko roboh.

Artikel ini akan membahas secara lengkap dan mendalam tentang struktur rumah dua lantai. Kita bakal bahas jenis struktur, material, standar teknis, dan juga contoh-contoh dari jurnal-jurnal teknik sipil. Tapi tenang, bahasanya tetap santai biar kamu nggak bosan bacanya.

1. Struktur Kolom pada Rumah Dua Lantai

Apa itu Kolom?

Kolom adalah elemen vertikal yang menyalurkan beban dari atas (balok dan plat lantai) ke pondasi. Dalam struktur rumah dua lantai, kolom jadi penopang utama agar bangunan tetap berdiri kokoh.

Jenis Kolom Beton Bertulang

Kolom beton bertulang paling umum dipakai karena kuat, tahan lama, dan relatif murah. Ukuran minimum biasanya 20x20 cm untuk rumah tinggal, tapi idealnya di atas itu, tergantung beban dan tinggi lantai.

Referensi:

  • SNI 2847:2019 tentang Persyaratan Beton Struktural

  • Jurnal "Perancangan Kolom Beton Bertulang pada Bangunan Bertingkat" oleh Nurmiyati, Universitas Andalas

Material dan Tulangan

Besi tulangan utama biasanya menggunakan baja U-24 atau U-39 (fy 240–390 MPa). Beton yang digunakan memiliki mutu minimal K-225 untuk rumah tinggal.

Hal yang Perlu Diperhatikan:

  • Jarak antar tulangan

  • Ketebalan selimut beton (minimum 2 cm)

  • Koneksi dengan balok dan sloof

2. Struktur Balok

Balok bekerja menyalurkan beban dari plat lantai dan dinding ke kolom. Jadi, posisinya horizontal dan jadi pengikat antar kolom. Adapun beberapa jenis kolom :

  • Balok induk: balok utama penyalur beban

  • Balok anak: balok sekunder yang menopang plat lantai

Dimensi balok bervariasi tergantung bentang dan beban. Misalnya, balok dengan bentang 3 meter bisa pakai dimensi 20/40 cm. Tulangan utama dan sengkang harus mengikuti SNI 2847:2019. Yang berukuran biasanya :

  • Penempatan sengkang 10–15 cm

  • Overlap tulangan minimal 40d (d = diameter)

  • Siku pada ujung tulangan sengkang

3. Sistem Plat Lantai

Plat lantai adalah lantai beton bertulang yang menerima beban langsung dari aktivitas di atasnya. Pada rumah dua lantai, sistem plat lantai harus kuat dan efisien.

a. Plat Beton Konvensional

Plat beton konvensional adalah sistem lantai yang dicor langsung di lokasi proyek (cast-in-situ) menggunakan bekisting dari kayu, multipleks, atau material lain yang dapat digunakan untuk membentuk cetakan beton. Plat ini sering digunakan pada bangunan rumah tinggal karena fleksibilitas dalam desain dan kemampuannya untuk mengikuti berbagai bentuk arsitektur.

Kelebihan Plat Beton Konvensional:

  1. Fleksibel untuk Bentuk Ruang yang Unik:
    Plat beton konvensional sangat fleksibel dalam hal desain. Karena dicor langsung di lokasi, desain lantai bisa disesuaikan dengan bentuk ruang yang kompleks dan unik, seperti ruang dengan lekukan atau bentuk tidak beraturan.

  2. Cocok untuk Rumah dengan Banyak Variasi Bentuk Lantai:
    Sistem ini sangat cocok digunakan pada rumah yang memiliki banyak variasi lantai, baik itu lantai bertingkat, ruang terbuka, atau struktur yang memerlukan penyesuaian bentuk yang lebih bebas. Plat konvensional memungkinkan penyesuaian lebih mudah pada desain rumah yang tidak standar.

Kekurangan Plat Beton Konvensional:

  1. Waktu Pengerjaan Lebih Lama:
    Karena proses pengecoran dilakukan di lokasi proyek, waktu pengerjaan untuk plat beton konvensional lebih lama dibandingkan dengan sistem lain seperti plat pracetak atau plat bondek. Selain itu, ada waktu tambahan yang diperlukan untuk proses pengeringan beton agar cukup kuat untuk menopang beban.

  2. Biaya Bekisting Tinggi:
    Penggunaan bekisting kayu atau multipleks yang cukup banyak menambah biaya material dan tenaga kerja. Bekisting tersebut harus dibangun dengan hati-hati dan aman untuk memastikan kualitas coran beton yang baik. Selain itu, bekisting tersebut membutuhkan perawatan agar tetap bisa digunakan di tahap-tahap berikutnya.

b. Plat Bondek (Metal Deck)

Plat Bondek adalah jenis plat baja bergelombang yang digunakan dalam konstruksi sebagai bekisting sekaligus tulangan tarik. Sistem plat ini memiliki karakteristik yang efisien, baik dari segi waktu maupun biaya dalam konstruksi rumah bertingkat.

Kelebihan Plat Bondek:

  1. Pemasangan Cepat:
    Plat Bondek dapat dipasang dengan cepat karena memiliki ukuran panel besar dan ringan. Hal ini mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk proses pemasangan dibandingkan dengan plat beton konvensional yang harus dicor di tempat.

  2. Mengurangi Kebutuhan Bekisting Kayu:
    Plat Bondek berfungsi ganda sebagai bekisting dan juga tulangan tarik, sehingga mengurangi kebutuhan material bekisting kayu yang biasanya memakan banyak waktu dan biaya. Ini sangat menguntungkan untuk proyek-proyek yang membutuhkan kecepatan.

  3. Ringan dan Efisien:
    Karena terbuat dari bahan baja yang relatif ringan, plat Bondek lebih efisien dalam hal pemindahan dan pemasangan. Selain itu, baja bergelombang memiliki kekuatan tarik yang tinggi, menjadikannya material yang stabil dan kokoh.

Kekurangan Plat Bondek:

  1. Perlu Perhitungan Khusus:
    Menggunakan plat Bondek memerlukan perencanaan yang lebih matang dan perhitungan teknis yang lebih detail karena sifatnya yang berfungsi ganda, baik sebagai bekisting maupun sebagai elemen struktural. Perhitungan beban dan ketahanan harus dilakukan dengan seksama agar struktur tetap aman.

  2. Biaya Awal Material Lebih Tinggi:
    Meskipun menghemat biaya jangka panjang karena efisiensi waktu dan penggunaan bekisting, biaya pembelian material Bondek lebih tinggi dibandingkan dengan bekisting kayu atau plat beton konvensional. Biaya awal ini harus dipertimbangkan dalam perencanaan anggaran proyek.

c. Plat Pracetak

Plat pracetak adalah panel beton yang sudah dicetak dan dibentuk di pabrik atau fasilitas khusus, kemudian diangkut dan dipasang di lokasi konstruksi. Sistem ini berbeda dengan plat beton konvensional yang dicor langsung di tempat. Plat pracetak digunakan untuk mempermudah dan mempercepat proses konstruksi.

Kelebihan Plat Pracetak:

  • Waktu Pengerjaan Lebih Cepat: Karena sudah dicetak sebelumnya, proses pemasangan plat pracetak jauh lebih cepat dibandingkan sistem cor di tempat.

  • Kualitas Terjamin: Proses pembuatan plat pracetak di pabrik diawasi secara ketat, sehingga kualitas material lebih konsisten dan lebih terjamin.

  • Penghematan Biaya Tenaga Kerja: Pemasangan plat pracetak membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja di lapangan karena pemasangan panel bisa dilakukan dengan lebih cepat.

  • Penyelesaian yang Lebih Rapi: Plat pracetak biasanya lebih presisi, mengurangi kemungkinan kesalahan selama proses pencoran atau pemasangan.

Kekurangan Plat Pracetak:

  • Biaya Transportasi: Plat pracetak yang harus diangkut dari pabrik ke lokasi bisa menambah biaya transportasi.

  • Memerlukan Perencanaan yang Teliti: Plat pracetak memerlukan perencanaan yang matang mengenai ukuran dan desain panel karena tidak bisa diubah lagi setelah diproduksi.

  • Keterbatasan Desain: Meskipun banyak pilihan, beberapa desain bangunan mungkin tidak kompatibel dengan sistem plat pracetak, terutama yang membutuhkan bentuk lebih kompleks.

4. Studi Perbandingan Biaya dan Waktu

Berdasarkan studi kasus pembangunan RSU Garbamed, sistem plat bondek menunjukkan efisiensi yang signifikan dibandingkan sistem konvensional, baik dari segi waktu maupun biaya.

Untuk sistem plat konvensional, total waktu pengerjaan yang dibutuhkan adalah sekitar 34 hari, sedangkan dengan sistem plat bondek, waktu pengerjaannya hanya 5 hari. Ini berarti terjadi penghematan waktu lebih dari 85%, yang sangat berpengaruh terhadap efisiensi proyek secara keseluruhan.

Dari sisi biaya, plat konvensional memiliki biaya per meter persegi sebesar Rp 566.453,38, sedangkan plat bondek hanya Rp 494.115,12. Artinya, sistem bondek memberikan penghematan biaya sekitar 12,77% dibandingkan sistem konvensional.

Perbandingan ini menjelaskan bahwa penggunaan sistem bondek tidak hanya mempercepat pelaksanaan proyek, tapi juga memberikan efisiensi finansial yang nyata. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa sistem bondek memerlukan desain struktural yang tepat agar kekuatan dan stabilitas bangunan tetap terjaga.

5. Interaksi Struktur: Kolom, Balok, dan Plat

Berikut penjelasan lebih lengkap dan terstruktur mengenai Interaksi Struktur: Kolom, Balok, dan Plat serta Sistem Rangka Kaku yang bisa kamu tambahkan:

Interaksi Struktur: Kolom, Balok, dan Plat

Struktur bangunan tidak bisa berdiri sendiri hanya dengan satu elemen saja. Kolom, balok, dan plat harus dirancang dan berfungsi sebagai satu sistem rangka ruang (space frame) yang saling mendukung. Konsep ini memastikan bahwa distribusi beban dapat terjadi dengan seimbang dan aman.

  • Kolom berfungsi menahan beban vertikal yang datang dari balok dan plat lantai, lalu menyalurkannya ke pondasi.

  • Balok berperan menyalurkan beban dari plat lantai atau elemen struktural lainnya menuju kolom. Balok juga menjadi penghubung antara kolom-kolom yang ada.

  • Plat lantai menerima beban dari aktivitas di atasnya, seperti beban penghuni, furnitur, dan beban lainnya. Beban ini kemudian diteruskan ke balok dan kolom.

Sistem Rangka Kaku

Pada rumah dua lantai, umumnya diterapkan sistem rangka kaku, di mana semua sambungan antar elemen struktur (kolom, balok, dan plat) terhubung secara monolit (terikat secara kaku). Ini berarti bahwa sambungan antar elemen tidak dapat bergerak secara bebas; mereka harus terhubung dengan cara yang memungkinkan beban untuk didistribusikan secara merata di seluruh struktur.

Kelebihan Sistem Rangka Kaku:

  1. Stabilitas Tinggi:
    Sistem ini memberikan kestabilan yang sangat baik, terutama pada bangunan yang memiliki beberapa lantai atau berada di daerah dengan potensi gempa. Beban yang diterima oleh struktur bisa disalurkan dengan baik tanpa adanya pergeseran pada sambungan.

  2. Efisiensi dalam Distribusi Beban:
    Dengan sambungan kaku, beban yang diterima kolom atau balok dapat langsung disalurkan ke elemen yang mendukungnya. Ini mengurangi kemungkinan terjadinya kegagalan pada struktur dan memastikan bahwa seluruh bangunan bisa menahan beban yang ada.

  3. Ketahanan terhadap Gaya Lateral:
    Sistem rangka kaku sangat efektif dalam menghadapi gaya lateral, seperti angin atau gempa bumi. Karena elemen-elemen struktural terhubung secara kaku, gaya lateral akan langsung diteruskan ke dasar struktur tanpa menyebabkan deformasi yang berlebihan.

Kekurangan Sistem Rangka Kaku:

  1. Keterbatasan Pergerakan:
    Karena elemen-elemen terhubung secara monolit, sistem rangka kaku tidak memungkinkan pergerakan atau fleksibilitas yang terlalu banyak. Hal ini bisa menjadi tantangan dalam bangunan yang diharapkan memiliki sedikit fleksibilitas, misalnya pada struktur yang sangat tinggi atau area dengan aktivitas dinamis.

  2. Desain yang Lebih Kompleks:
    Membuat sambungan yang monolit pada kolom, balok, dan plat membutuhkan perencanaan yang lebih rumit dan akurat. Jika tidak dihitung dengan benar, sambungan kaku ini bisa mengurangi efektivitas distribusi beban, bahkan menyebabkan kerusakan pada elemen yang terhubung.

6. Tips Perencanaan dan Konstruksi

  • Gunakan software analisis struktur (SAP2000, ETABS)

  • Konsultasikan dengan insinyur struktur

  • Cek mutu material (beton, baja tulangan)

  • Patuhi standar nasional seperti SNI 2847 dan SNI 1726

Struktur rumah dua lantai membutuhkan perencanaan matang, mulai dari pemilihan dimensi kolom, sistem balok, hingga jenis plat lantai. Dengan kombinasi yang tepat dan penerapan standar yang sesuai, rumah dua lantai bisa dibangun lebih efisien, hemat biaya, dan tentu saja aman.

Daftar Referensi

  1. SNI 2847:2019, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung

  2. Aryani, N. I. N. (2021). Perbandingan Biaya dan Waktu Pelat Lantai Sistem Bondek dan Konvensional. Jurnal Spektran, Universitas Udayana

  3. Budiono, R. (2019). Desain Struktur Plat Lantai Beton Pracetak. Jurnal Teknik Sipil, ITB

  4. Suardana, I. W. (2020). Analisis Kinerja Balok Beton Bertulang. Jurnal Rekayasa Sipil, Udayana

  5. Nurmiyati. (2018). Perancangan Kolom Beton Bertulang pada Bangunan Bertingkat. Jurnal Ilmiah, Universitas Andalas

  6. Santosa, D. (2020). Pengaruh Sistem Sambungan pada Perilaku Struktur Bangunan. Jurnal Struktur, Universitas Indonesia

Jika membutuhkan konsultasi lanjutan dan jasa pembangunan jangan ragu untuk berkonsultasi dengan para ahli agar setiap langkah kamu berjalan lancar! Silahkan menghubungi mahandaru.id sebagai salah satu penyedia jasa arsitek dan kontraktor di Jogja ini.

Subscribe untuk artikel lainnya! Jangan lupa share artikel ini!


masjid

Subscribe untuk berlangganan!

Dapatkan tips atau info lainnya!